Kamis, 30 Juni 2011

WINA SIAP RELEASE ALBUM KE-5

Meski jadwalnya yang sangat padat Wina masih sempat menerima wawancara ekslusive dengan sumeks, dua judul lagu dari dua album berbeda yang dirilis tahun 2005, mungkin sudah tidak asing ditelinga pendengar musik pop sunda. Album Tunggul Rahayu atau lebih populer disebut Indung dan Budak saha mampu menggebrak blantika musik sunda saat itu.

Seperti ingin menancapkan popularitasnya, wanita yang baru diberi momongan 4 bulan lalu itu, kini akan bersiap – siap merilis album ke limanya, seperti pada album ketiga “Lalakon Cinta” dan keempat “Candu Cinta”, album kelima pun masih mengusung tema percintaan namun dibalut dengan hiburan panggung yang sedang trend.

Ia mengatakan,”Insyaallah album yang kelima dengan judul Tong Hilap Sawerna atau Hiburan Panggung”, jelasnya.

Sambil terus menebar senyum pemilik nama asli Wina Juliana kelahiran Bandung 4 Juli 1992, mengaku kaget jika album Indung dan Budak Saha mampu mengangkat popularitasnya, meski sering mengikuti perlombaan – perlombaan menyanyi tembang sunda klasik, Wina saat itu belum tertarik untuk terjun ke dunia rekaman, namun berkat dorongan dan semangat dari Lilih Tarliah ibunya yang juga penyanyi pop sunda, akhirnya wina pun terjun, dorongan dan doa orangtuanya pun berbuah ketenaran.

Menyikapi hal tersebut Wina hanya tersipu,“hmmm … gimana ya, soalnya gak nyangka sih, soalnya sebelumnya cuman iseng – iseng aja, gak ada niat buat rekaman. Memang waktu kecil saya sering mengikuti lomba, tetapi jalurnya bukan musik sunda moderen tetapi musik sunda klasik seperti karawitan, pupuh bukan seperti yang sekarang sudah dibalut dengan peralatan moderen seperti keyboard”, Ungkap Istri dari Sofyan Parwijaya.

Sambil mengenang masa lalu, Wina bercerita ketertarikannya kedunia musik sejak dia duduk dikelas tiga Sekolah Dasar, pada perlombaan Pasanggiri Pupuh yang digelar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, ia mendapat juara pertama menyingkirkan pesaing - pesaingnya.

Disessi akhir wawancara Wina berpesan untuk remaja Sumedang, agar lebih mencintai music sunda apalagi Sumedang mempunyai moto baru Sumedang sebagai Puseur Budaya Sunda.

“Sarannya lebih cinta saja sama budaya sunda, jangan sampai kalah sama budaya – budaya yang lainnya yang masuk ke daerah kita”, pungkasnya.

Biodata
Nama:
WinaJuliana
Tempat, Tanggal lahir:
Bandung, 4 Juli 1992
Orang tua:
Lilih Tarliah dan Ma’mun Husen
Alamat:
Wewengkon Jajaway Rt 01, Rw 01. Dago Atas.

Penulis: Igun Gunawan

HEARTBEAT BAND BEATLESNA URANG SUMEDANG

Hearthbeat Band Sumedang (HBS) akan menjadi duta Indonesia untuk berangkat ke Inggris 20 Agustus 2011 mendatang, mengikuti Beatless Internasional. Tentunya hal tersebut menjadi kebanggaan bagi warga Sumedang, tidak terkecuali bagi managernya Elsya Tri Ahaddini.

Ditemui sumeks ditengah-tengah acara Sumedang Tempo Doeloe dan Nu serta Kampanye Anti Narkoba, Sabtu kemarin di gedung Wisma Gending, Jalan Pangeran Santri, dengan ramah Elsya mengaku berbahagia.

"ya, perasaan saya pribadi luar biasa, karena kita berangkat kesana tidak hanya membawa lagu-lagu Beatles, tetapi lebih dari itu kami membawa misi seni dan budaya. Yang membanggakan kami ingin mempromosikan Sumedang, (karena) jangankan di luar negeri di Jawa Barat saja masih bingung. Ada apa sih di Sumedang? pariwasatanya apaan sih, (itu) karena publikasinya kurang baik," paparnya.

Pantas jika nanti, kelompok band yang vokalisnya kepala Dinas Kesehatan Sumedang, Drg. Agus Sekarsyah Rasidi ini, selain membawa bandnya, juga akan membawa merchindise, foto-foto kebudayaan Sumedang, CD dan leaflet tentang Sumedang.

"untuk itu kepada pelaku-pelaku Seni dan Budaya yang ada di Sumedang yang mau menitipkan karyanya, silakan hubungi manager Heartbeat Band Sumedang," ungkapnya.

Dalam agendanya HBS di Inggris akan mengadakan 8 kali konser, interview dibeberapa radio dan televisi termasuk dengan penggemar the beatles, kemudian mereka pun akan bersuan ke kedutaan Indonesia untuk Inggris.

Sementara menurut Edwin Mustafa, keyboardis HBS, mengaku kali pertama terbentuknya HBS bukan dari kegiatan serius hanya sebagai pengisi waktu luang, karena kebanyakan dari anggota HBS adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Dulu itu yang waktu mengajak kali pertama saya itu, Dokter Agus, yu kita bikin band kata dia, saya bilang arahnya apa, the beatle-an wae lah, katanya," ungkapnya.

Lebih lanjut Edwin mengungkapkan, terbentuknya HBS sekira tahun 2007 saat bupati Sumedang, H Don Murdono, akan berulang tahun, "agak - agak seriusnya itu waktu kepala-kepala dinas disuruh untuk nyanyi, kita latihan jadi tertib, tadinya kan iseng-iseng saja, mulai dari sana kebetulan ada tawaran di acara tribute to gitorolies di Sabuga, Bandung."Ungkapnya.

Ia pun menambahkan personil asli HBS 6 orang, namun karena tuntutan dari lagu yang dibawakannya bukan merupakan beatles panggungan tetapi Beatles studio, Edwin, mengaku saat ini pihaknya bekerjasama dengan personil Gita Suara Tandang, "kebetulan ada beberapa orang yang saya kenal dari personil Gita Suara Tandang, setelah kita ajak mereka pun mau bergabung, jadi sekarang personil HBS ditambah dengan Gita Suara Tandang ada 12 orang," jelasnya.

Sayangnya, meski membawa misi kebudayaan Sumedang untuk dipromosikan di luar negeri namun sampai saat ini belum ada dukungan financial dari pihak swasta maupun pemerintah Kabupaten Sumedang.

"Dari Pemerintah Sumedang, dukugan doa ada. Financial belum, saya gak mau bilang gak ada, tapi belum barang kali" pungkas Elsya sambil tersenyum.

Penulis : Igun Gunawan

BUNGSU BANDUNG

Mendengar kalimat Talak Tilu bagi kaum hawa sebuah hal yang menakutkan, apalagi jika hal tersebut benar-benar terjadi dan menimpa dirinya, tetapi tidak demikian dengan si Bungsu Bandung, justru karena Talak Tilu itulah namanya mencuat diblantika musik pop sunda tanah air namun bukan berarti syair lagu tersebut merupakan pengalaman pribadinya,"itu hanya lagu saja, kebetulan pengarangnya NN," paparnya mengawali pembicaraan dengan sumeks dirumahnya di dusun Cimuruy Desa Mekarmulya Kecamatan Situraja.

Album Talak Tilu merupakan album ke-18 dari 25 album yang sudah dibuatnya, dan merupakan roda yang mampu menggeliatkan kembali para seniman muda untuk berkreasi, terlihat dari setelah hadirnya lagu tersebut banyak lagu-lagu sunda baru dalam versi pop yang bermunculan yang dinyanyikan penyanyi baru. Diakuinya, kesenian sunda seperti Jaipongan dan Wayang Golek sudah hampir punah di tanah kelahirannya sendiri, hal tersebut membuat miris dirinya.

Meski sibuk dengan job yang dalam satu bulan bisa mencapai 15 job yang ia terima. Saat ini pelantun Mobil Butut ini, sedang mempersiapkan satu lagu jawaban untuk Talak Tilu yang ditulis dan diarransement Udin Cacing.

"Gara-gara talak tilu, ya latar belakangnya, karena mamah melihat banyaknya kawin cerai dikalangan artis," ungkap istri Ujang ini menambahkan.

Dalam album yang tidak lama lagi akan beredar tersebut, dia bersama anaknya Mira Bungsu Bandung, akan membawakan tiga lagu baru, dan tujuh lagu lama, sementara untuk judul - judul lagunya masih dirahasiakan.

Selain itu album ini pun merupakan album pamungkas dari 15 album yang dikontrak dengan Panama record,"saya sistemnya dengan panama record sistem kontrak untuk 15 album, mau terjual berapa ribu copy saya tidak tahu, tapi yang pasti dari album Talak Tilu dan Mobil Butut itu menghasilkan milyaran. Dan ini album yang ke-15" tutur ibu dari Mira, Sinta dan Egi ini.

Wanita kelahiran Sumedang tahun 1963 yang jika ada waktu luang dia manfaatkan waktu istirahatnya untuk mendengarkan musik ini mengaku hobii menyanyi merupakan turunan dari keluarganya. Ayahnya bapak Marya si Meneer Muda merupakan sinden pria yang terkenal dengan Kecapinya, ditambah lagi ketika masuk ke Sekolah Dasar Negeri Sukasari Situraja dirinya sudah gemar akan kesenian bahkan keluar dari SD sudah mulai manggung.

Adik dari sinden mamah Cehnghar dan ibu Yayah yang sama-sama tenar di Sumedang, mengaku jika nama Bungsu Bandung kali pertama dipakainya saat tahun 1978 tinggal di Bandung, karena dirinya merupakan anak bungsu dan tinggal di Bandung.

"Kan Mamah Yayah Ratnasari itu sudah terkenal si Bungsu, takut tertukar, dan ada kesan mamah ngarebut si Bungsu, janten di tambihan si Bungsu Bandung, kan jauh banget, tapi anu awam kadang nyangkinateh mamah Yayah Ratnasari teh si Bungsu Bandung oge" papar sipenembang yang terkenal dengan ihah-nya itu.

Landihan kali pertama saat ia berusia 17 tahun, waktu itu mamah Bungsu Bandung sedang bersama grup wayang golek Pusaka Siliwangi pimpinan Kapten Permana, dari sanalah terujar kata-kata Kapten Permana agar tidak tertukar dengan si Bungsu (Mamah Yayah Ratna Sari, red.) dirinya mengusulkan menambahkan kata Bandung.

Sejak nama Bungsu Bandung itulah, namanya mencuat bahkan di RRI bersama eyang Panembahan (R. Hidayat, red.) dirinya banyak mengisi acara - acara sunda.

Penulis : igun gunawan